MINING INSIDER - PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), saat ini tengah mengerjakan proyek pembangunan pabrik pengolahan (smelter) mineral logam.
Smelter ini berada di Teluk Benete dan Benete Selatan, Kabupaten Sumbawa Barat.
Semula diproyeksikan pembangunan pabrik pengolahan (smelter) mineral logam ini akan tuntas pada Juni 2023. Sesuai dengan ketetapan pemerintah.
Namun, karena pada 2020-2021, Indonesia dan dunia dilanda pandemi Covid-19, perusahaan memundurkan jadwal penyelesaian pembangunan pabrik pengolahan (smelter) mineral logam ke akhir 2024.
Head of Corporate Communications Amman Mineral, Kartika Octaviana, mengatakan pembangunan smelter di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat yang diperkirakan menelan biaya investasi 982 juta dolar AS atau setara Rp14,7 triliun, memang sedikit mundur dari jadwal seharusnya karena adanya Covid-19.
Pandemi Covid-19 membuat sejumlah pertemuan tatap muka untuk membahas spesifikasi teknik dan rekayasa smelter berdampak pada timeline pengerjaan konstruksi, serta keterlambatan dalam proses negosiasi dan financial statement decision.
Baca Juga: Kepmen ESDM Nomor 41 Tahun 2023 tentang Pedoman Harga Patokan untuk Penjualan Komoditas Batubara
Sementara pada 2022, lanjut Kartika Octaviana, tantangan semakin besar dengan adanya konflik Ukraina-Rusia.
Konflik dua negara ini turut mempengaruhi beberapa hal, antara lain: terhambatnya supply chain, meningkatnya biaya mobilisasi barang dan manusia, kekurangan container hingga penutupan port.
“Akibatnya mobilisasi peralatan dan perlengkapan besar yang sangat penting untuk konstruksi smelter terutama dari Eropa mengalami keterlambatan dari jadwal awal,” kata Kartika Octaviana pada 7 November 2022.
Sementara itu, PT Amman Mineral Industri (AMIN) menginformasikan hingga Januari 2023, proyek ini terus menunjukkan perkembangan pembangunan dengan realisasi investasi lebih dari 51 persen.
Presiden Direktur AMIN, Rachmat Makkasau, menjelaskan bahwa capaian pada periode Januari 2023 ini didasari perhitungan realisasi anggaran kebutuhan untuk smelter, yang meliputi pembangunan fisik dan juga pembelian peralatan dan mesin untuk operasional.
"Kendala pandemi Covid-19 dan krisis energi di Eropa, yang merupakan faktor eksternal, menyebabkan kendala logistik dan mobilisasi sumber daya manusia (SDM), sehingga target semula penyelesaian smelter di tahun 2023 tidak akan dapat terlaksana"," ujar Rachmat Makkasau.
Artikel Terkait
Merdeka Group gandeng Ningbo teken kemitraan bangun smelter nikel HPAL kapasitas produksi tahunan 60 ribu ton
Tambang batu bara bawah tanah meledak di Kolombia, 11 orang pekerja tewas, 10 pekerja terjebak
Lowongan kerja Officer Development Program (ODP) 2023 PT Ricobana Abadi, klik link pendaftaran disini
Kontraktor tambang nomor dua, BUMA, buka 5 posisi lowongan kerja
Akhir pekan harga emas naik Rp25 ribu, Logam Mulia tawarkan emas batangan seri Idul Fitri, cek harga di sini